Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
|
Kotler (2002) menyatakan bahwa “Bauran pemasaran
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasarannya”. Para pemasar
pada umumnya menggunakan bauran pemasaran ini sebagai alat untuk mendapatkan
tanggapan yang diinginkan oleh perusahaan dari pasaran mereka atas produk
yang ditawarkan oleh perusahaan atau untuk menciptakan pembelian atas produk
perusahaan.
Menurut Stanton (1978) Bauran pemasaran atau
marketing mix adalah kombinasi dari 4 variabel atau kegiatan yang merupakan
inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, harga, kegiatan promosi
dan sistem
distribusi.
Keempat bauran pemasaran tersebut secara singkat
dijelaskan sebagai berikut:
Product (produk)
adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat,
dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat terdiri dari product variety,
quality, design, feature, brand name, packaging, sizes, services, warranties,
and returns.
Price (harga), yaitu
sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti hal
milik produk. Harga meliputi last price, discount, allowance, payment period,
credit terms, and retail price.
Place (tempat), yaitu
berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual
terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi antara lain
channels, coverage, assortments, locations, inventory, and transport.
Promotion (promosi),
yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan
produk pada pasar sasaran. Variabel promosi meliputi antara lain sales
promotion, advertising, sales force, public relation, and direct marketing.
variabel promosi atau yang lazim disebut bauran
komunikasi pemasaran (Koter, 1997:604) :
Advertising, yaitu semua bentuk
presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang
ditunjuk dengan mendapat bayaran.
Sales promotion, yaitu insentif
jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau pembelian produk dan
jasa.
Public relations and publicity,
yaitu berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan/atau melindungi
citra perusahaan atau produk individual yang dihasilkan.
Personal selling, yaitu interaksi
langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan
penjualan.
Direct marketing, yaitu melakukan
komunikasi pemasaran secara langsung untuk mendapatkan respon dari pelanggan
dan calon tertentu, yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon,
dan alat penghubung nonpersonal lain.
Pendekatan pemasaran 4P berhasil dengan baik
untuk barang, tetapi elemen-elementambahan perlu diperhatikan dalam bisnis
jasa. Booms dan Bitmer (dalam Kotler, 2005) mengusulkan 3P tambahan untuk
pemasaran jasa yaitu: orang (people), bukti fisik (physical
evidence), dan proses (process). Karena sebagian besar jasa
diberikan oleh orang, pemilihan, pelatihan, dan motivasi karyawan dapat
menghasilkan perbedaan yang sangat besar dalam kepuasan pelanggan.
Perusahan-perusahan juga mencoba memperlihatkan mutu jasanya melalui bukti
fisik dan dapat memilih diantara berbagai proses yang berbeda-beda untuk
menyerahkan jasanya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka
variabel bauran pemasaran jasa adalah sebagai berikut:
1. Produk (Product)
Menurut Kotler (2005), “Produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan
pasarnya. Yang dimaksud dengan produk dalam kaitan ini adalah seperangkat
sifat-sifat yang nyata dan tidak nyata yang meliputi bahan-bahan yang
dipergunakan, mutu, harga, kemasan, warna, merek, jasa, dan reputasi penjual”.
Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa “Produk
merupakan keseluruhan konsep obyek atau proses yang memberikan sejumlah nilai
manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen
tidak hanya membeli fisik dari produk tetapi membeli benefit dan value dari
produk tersebut”. Stanton (1996), menyatakan “Produk adalah sekumpulan atribut
yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) di dalamnya
sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan
pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli
sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya”.
Menurut Kotler (2005), menurut daya tahan dan
wujudnya produk dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
Barang yang tidak
tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang
biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti bir dan
sabun. Karena barang-barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli,
strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya
mengenakan marjin yang kecil, dan memasang iklan besar-besaran guna memancing
orang mencobanya dan membangun preferensi.
Barang tahan lama (durable
goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah
lama digunakan berkali-kali, seperti lemari es dan pakaian. Produk tahan lama
biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mempunyai
marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.
Jasa (services)
produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan mudah habis.
Akibatnya produk ini biasanya memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas
pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. Contohnya mencakup
pemotongan rambut dan perbaikan barang.
Menurut Sunarto (2004), ada lima hal yang harus
diperhatikan dalam pengembangan produk, sehingga dapat menstimuli konsumen
untuk melakukan pembelian. Kelima hal tersebut antara lain adalah:
1.
Atribut Produk
Pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan
penentuan manfaat yang akan diberikan. Manfaat ini dikumunikasikan dalam
bentuk atribut produk seperti kualitas, fitur, dan rancangan.
Kualitas produk berarti kualitas
kerja atau kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya. Perusahaan memilih
tingkat kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat
kualitas produk pesaing.
Fitur adalah alat bersaing untuk
membedakan produk perusahaan dari produk pesaing. Menjadi produsen pertama
yang memperkenalkan fitur baru yang dibutuhkan dan bernilai adalah salah satu
cara paling efektif untuk bersaing.
Rancangan dapat menjadi salah satu
senjata bersaing yang ampuh bagi perusahaan. Rancangan lebih dari sekedar
kulit, tetapi bagaimana mencapai rancangan produk yang memberi kontribusi
pada kegunaan suatu produk begitu juga penampilannya.
2.
Pemberian Merek (Branding)
Merek merupakan nama, istilah, tanda,
simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk
lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan membedakannya dari
penawaran produk pesaing (Kotler, 2000). Nama merek membantu konsumen untuk
mengidentifikasikan produk yang mungkin menguntungkan mereka. Suatu merek
menyampaikan enam makna, yaitu; atribut, manfaat, nilai-nilai, budaya,
kepribadian, dan pemakai. Pemberian merek juga memberikan keuntungan kepada
penjual dan membantu penjual untuk melakukan segmentasi pasar.
3.
Pengemasan
Desain dan pengemasan (packaging)
merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah (container)
dan pembungkus (wrapper) untuk suatu produk. Tujuan penggunaan kemasan
meliputi:
sebagai pelindung isi (protection),
untuk memberikan kemudahan dalam
penggunaan (operating),
memberikan daya tarik (promotion),
sebagai identitas (image)
produk,misalnya berkesan kokoh/awet, lembut, atau mewah,
informasi (labelling) dan
sebagai cermin inovasi produk.
4.
Pemberian Label
Label memiliki beberapa fungsi, antara lain:
Label mengidentifikasikan produk
atau merek.
Label menggambarkan beberapa hal
mengenai produk: perusahaan yang membuat, di mana: dibuat, isinya, bagaimana
penggunaannya, dan bagaimana menggunakannya secara aman.
Label mempromosikan produk melalui
aneka gambar yang menarik. Dewasa ini, label turut pula menyertakan
keterangan harga, masa kadaluarsa, dan kandungan gizi yang terkandung di
dalam produk.
5.
Jasa Pendukung Produk
Penawaran perusahaan kepada pasar biasanya
meliputi beberapa jenis jasa, yang dapat menjadi bagian dari penawaran total.
Perusahaan menggunakan jasa pendukung produk sebagai alat untuk memperoleh
keunggulan kompetitif. Perusahaan harus merancang produk dan jasa
pendukungnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara menguntungkan.
2. Harga (Price)
Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa “Strategi
penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian value kepada
konsumen dan mempengaruhi image produk serta keputusan konsumen untuk
membeli. Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting dalam menentukan
seberapa jauh pelayanan jasa dinilai oleh konsumen, dan juga dalam proses
membangun citra”. Peter dan Olson (2000) menyatakan “Harga adalah
satu-satunya elemen yang berkaitan dengan pendapatan”. Sedangkan Kotler
(2005), mendefinisikan harga sebagai “Sejumlah uang yang dibayarkan atas
barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan
manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa”.
Tjiptono (2002) menyatakan bahwa, “Harga dapat
ditetapkan dengan berbasis pada permintaan. Metode ini menekankan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan frekuensi pelanggan. Permintaan
pelanggan ini didasarkan pada berbagai pertimbangan antara lain: (1)
Kemampuan pelanggan untuk membeli (daya beli); (2) Kemauan pelanggan untuk
membeli; (3) Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan; (4) Manfaat yang
diberikan produk tersebut kepada pelanggan;(5) Harga produk-produk subsitusi;
(6) Sifat persaingan non harga; (7) Perilaku konsumen secara umum; dan (8)
Segmen-segmen dalam pasar”. Terkadang perusahaan melakukan
penyesuaian-penyesuaian khusus terhadap harga dalam bentuk diskon, allowance,
dan penyesuaian geografis.
Diskon merupakan potongan harga
yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan dari aktivitas
tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual.
Allowence merupakan
pengurangan dari harga menurut daftar (list price) kepada pembeli
karena adanya aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan pembeli.
Penyesuaian geografis merupakan
penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen sehubungan dengan
biaya transportasi produk dari penjual kepada pembeli (Tjiptono, 2002).
Stanton (1996) menyatakan bahwa, “Persepsi
konsumen terhadap kualitas berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi
pada harga. Semakin tinggi harga suatu produk semakin tinggi pula kualitas
produk yang dipersepsi oleh konsumen. Konsumen mempunyai persepsi seperti ini
pada saat mereka tidak memiliki petunjuk lain mengenai kualitas produk selain
harga. Padahal persepsi kualitas dapat juga dipengaruhi oleh reputasi toko,
periklanan, dan variabel lainnya”. Strategi penentuan harga (pricing)
sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan
mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli.
Dalam menetapkan harga, harus sesuai dengan nilai yang diberikan dan dipahami
pelanggan. Harga memainkan peran yang penting dalam bauran pemasaran jasa,
karena penetapan harga memberikan penghasilan bagi bisnis.
3. Tempat (Place)
Tempat (place) dalam service merupakan
gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi. Pentingnya
lokasi untuk jasa tergantung pada jenis dan tingkat interaksi yang terjadi.
Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan tersebut terdiri dari
pelanggan mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau
penyedia jasa dan pelanggan mentransaksikan bisnis dalam jarak jauh. Menurut
Payne (2001), “Tempat yang digunakan untuk memasok jasa kepada pelanggan
sasaran merupakan bidang keputusan kunci. Keputusan-keputusan tempat (lokasi
dan saluran) meliputi pertimbangan mengenai cara penyampaian jasa kepada
pelanggan dan di mana jasa harus ditempatkan”. Sedangkan Zeithaml dan Bitner
(dalam Yazid, 2001) menyatakan bahwa “Faktor-faktor tempat/distribusi
yang terdapat dalam pemasaran jasa terdiri dari: jenis saluran, perantara,
lokasi outlet, transportasi, penyimpanan dan mengelola saluran”.
Tujuan dari penentuan lokasi yang tepat bagi perusahaan adalah agar dapat
beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam memilih lokasi, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya, kecepatan waktu, kemudahan sarana yang diperlukan.
4. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untk merangsang pembelian produk tertentu lebih cepat atau lebih
kuat oleh konsumen. Promosi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan
seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah
sikap, menyukai, yakin, kemudian membeli dan selalu ingat akan produk tersebut.
Menurut Alderson dan Green (dalam Sastradipoera, 2003), bahwa promosi
adalah “Setiap upaya pemasaran yang fungsinya untuk memberikan informasi atau
meyakinkan konsumen actual atau potensial mengenai kegunaan suatu produk atau
jasa (tertentu) dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik melanjutkan atau
memulai pembelian produk atau jasa perusahaan pada harga tertentu”.
Menurut Zeithaml dan Binner (dalam Yazid,
2001), faktor-faktor promosi yang terdapat dalam pemasaran jasa terdiri dari:
tenaga penjualan atau pelayanan, jumlah seleksi, pelatihan, insentif, target,
jenis media dan periklanan, serta bauran promosi (periklanan, sales
promotion, personnal selling, dan publisitas).
Menurut Kotler (2004), promosi terdiri dari 4
(empat) alat utama, yaitu:
1) Periklanan
Segala bentuk presentasi non personal dan promosi
ide, barang atau jasa melalui media tertentu yang dibayar oleh sponsor
tertentu.
2) Penjualan
Terdiri dari kumpulan kiat insentif yang
berbeda-beda, kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk mendorong
pembelian yang lebih cepat atau lebih besar dari suatu produk atau jasa
tertentu oleh konsumen atau perdagangan tersebut.
3) Hubungan Masyarakat
Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara
konstruktif dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi perusahaan juga
harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang besar.
4) Penjualan Personal
Kiat yang paling efektif dalam menyederhanakan
operasional kerja terutama dalam membentuk preferensi pembeli, keyakinan, dan
tindakan.
5. Orang (People)
Menurut Yazid (2001), “Orang (people)
adalah semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya
mempengaruhi persepsi pembeli”. Yang termasuk dalam elemen ini adalah
personel perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa.
Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa “Dalam
hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people berfungsi sebagai service
provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan
dalam people ini berarti sehubungan dengan seleksi, training, motivasi,
dan manajemen sumber daya manusia”. Pentingnya people dalam pemasaran
jasa berkaitan erat dengan internal marketing yaitu interaksi
atau hubungan antara setiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan
yang dalam hal ini dapat diposisikan sebagai internal customer dan
internal supplier. Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah untuk
mendorong people dalam kinerja memberikan kepuasan kepada konsumen.
Menurut Lapiyoadi (2001), ada 4 (empat) kriteria
peranan dan pengaruh dari aspek people yang mempengaruhi konsumen,
yaitu:
Contactors,
people di sini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam frekuensi
yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli.
Modifier, mereka
tidak secara langsung mempengaruhi konsumen tetapi cukup sering berhubungan
dengan konsumen, misalnya: resepsionis.
Influencers,
mereka mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak
secara langsung kontak dengan konsumen.
Isolateds,
people di sini tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix
dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen. Misalnya, karyawan bagian
administrasi penjualan, SDM, dan data prosessing.
6. Proses (Process)
Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa “Proses
merupakan gabungan semua aktivitas umumnya terdiri dari prosedur, jadwal
pekerjaan, aktivitas dan hal-hal rutin, di mana: jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen”. Sedangkan menurut Yazid (2001), “Proses adalah
semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasa
disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa”.
Proses dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu:
Complexity,
hal ini berhubungan dengan langkah-langkah dan tahapan yang dilalui dalam
proses.
Divergence,
berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah ataupun tahapan yang
dilalui dalam proses.
Proses mencerminkan bagaimana semua elemen bauran
pemasaran dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang
diberikan kepada konsumen. Proses ini terjadi di luar pandangan konsumen.
Konsumen tidak tahu bagaimana proses yang terjadi yang penting jasa yang ia
terima harus memuaskan.
7. Pelayanan (Customer Service)
Menurut Lapiyoadi (2001), “Customer service meliputi
aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat (time and place
utility) termasuk pelayanan pra-transaksi, saat transaksi, dan
paska-transaksi.” Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan
transaksi dan setelah transaksi. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluannya
harus sebaik mungkin sehingga konsumen memberikan respon yang positif dan
menunjukkan loyalitas yang tinggi.
Customer service pada
pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari kegiatan distribusi
logistik, di mana pelayanan diberikan kepada konsumen untuk mencapai
kepuasan. Menurut Yazid (2001), “Peran orang (people) dalam hal
penyajian jasa terdiri dari karyawan lini depan dan yang mendukungnya di
bagian belakang, sangat penting bagi keberhasilan organisasi jasa”.
SUMBER
http://andripurnama.awand.co.id/index.php/marketing-management/62-marketing-mix.html
|
Minggu, 12 Juni 2016
BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar